Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Misa Gereja Katolik. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Misa Gereja Katolik. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 Februari 2016

Kepergok Mencuri waktu Misa di Gereja, Wanita Muda Dipolisikan

- 0 komentar


Bogor - Seorang wanita muda berinisial HS terpaksa berurusan dengan aparat berwajib setelah aksinya mencuri dompet dalam tas umat saat Misa di Gereja Katedral Bogor, Minggu (14/2) kepergok. Petugas Gereja akhirnya membawa pelaku ke Mapolsek Bogor Tengah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

baca juga : Terdakwa pelaku penggelapan dana di gereja di hukum 8 tahun penjara






Informasi yang dihimpun, peristiwa berawal saat Misa di Gereja berlangsung pukul 09.00 WIB. Umat yang tak menaruh curiga sedikit pun terhadap pelaku, tiba-tiba memergoki pelaku tengah membuka tas umat saat setiap umat antre ke depan untuk menyambut komuni, lantaran saat itu tak sedikit umat yang meninggalkan tasnya di bangku Gereja. Spontan peristiwa tersebut dilaporkan pada petugas Gereja.

baca juga : Para pemuka agama Katolik & Kristen menolak revisi UU KPK

“Kejadiannya pada misa pagi pukul 09.00 WIB,” kata Kris, salah satu pegawai Gereja pada SP.

baca juga : Pendeta tangkap pencuri helm di Gereja

Banyak umat mengaku lega dengan sikap Gereja yang bersikap tegas melaporkan hal ini. “Ya, itu memang harus ditindak tegas, supaya ada efek jera. Kadang ada orang yang memanfaatkan tempat ibadah untuk berbuat jahat, karena mereka tahu umat tak pernah mencurigai siapa pun. Tapi hukum harus ditegakkan,” ujar Sumaryani, umat Katedral Bogor.

sumber : disini
[Continue reading...]

Kamis, 23 Juni 2016

Polisi secara brutal menyerang dan menyeret umat Katolik yang sedang berdoa

- 0 komentar

Polisi secara brutal menyerang dan membubarkan umat Katolik yang berkumpul untuk berdoa di Vietnam bagian utara pada 19 Juni.

Sebanyak 60 polisi dan para pejabat menyerang serta menyeret umat Katolik yang menghadiri sesi doa mingguan yang diadakan di rumah seorang awam.

Pemerintah Vietnam terus melakukan tindakan represif kepada orang Kristen di negara komunis itu. Gereja harus memberitahu pihak berwenang sebelum pelayanan doa atau Misa.

Sebuah sumber Gereja yang tidak ingin menyebut identitasnya mengatakan Tran Thi Tram, pemilik rumah, mengadakan pertemuan doa tersebut untuk memperingati ulang tahun kematian ibunya. Sejumlah umat hadir.
Polisi masuk ke rumah di distrik Muong Khuong, Provinsi Lao Cai. Mereka membubarkan peserta dan menyita ponsel ketika orang mencoba mengambil video.

Polisi memukul Tram, suami dan putrinya serta seorang wanita tetangga karena melawan mereka.
“Polisi secara brutal menyerang dan menyeret mereka keluar dari rumah seperti anjing,” kata sumber itu kepada ucanews.com.

Polisi juga menggunakan pengeras suara untuk memerintahkan umat membubarkan diri. “Mereka membuat gaduh,” kata sumber itu. “Dan mereka meminta umat Katolik untuk tidak mengganggu  ketertiban umum.”
Seorang aktivis Kristen mengatakan polisi telah “memasuki rumah secara ilegal,” dan “kebebasan beragama dilanggar dan tidak menghormati orang.”

Serangan seperti itu adalah ketiga dalam waktu satu bulan. Polisi dan pihak berwenang secara brutal membubarkan sebuah Misa hari Minggu yang diadakan oleh Pastor Joseph Nguyen Van Thanh pada 12 Juni.

Sebelumnya, pada 28 Mei, mereka mengancam dan menghambat seorang imam lokal untuk merayakan Misa bagi umat Katolik setempat.

Umat Katolik setempat telah mengajukan petisi kepada pemerintah untuk mengizinkan mereka membangun sebuah kapel, tetapi ditolak. Maka mereka berkumpul di rumah-rumah pribadi untuk mengadakan Misa dan doa.

sumber : disini
              disini
[Continue reading...]

Kamis, 15 September 2016

Paus: Pastor Hamel adalah Martir Menuju Gelar Santo

- 0 komentar



VATIKAN, Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, menyebut Pastor Jacques Hamel, yang tewas akibat serangan teroris berpisau di Perancis Juli lalu, adalah seorang martir.

Tak hanya itu, Paus pun menyebut Hamel telah membuka jalan untuk menjadi santo.

Pernyataan ini diungkapkan Paus dalam misa khusus bagi para peziarah dari daerah Rouen, Perancis.

Di wilayah itulah dua teroris menyerbu ke gereja di Saint-Étienne-du-Rouvray, dan lalu membunuh pastor berusia 85 tahun itu.
 
"Tuhan menerima kemartirannya di atas altar Kristus," kata Paus, di kapel tempat dia tinggal di Vatikan, Rabu (14/9/2016).

"Dia memberikan nyawanya untuk kita, dengan tidak menyangkal Yesus," kata Paus dalam bahasa Italia, seperti diberitakan Reuters.

"Dia adalah martir, dan martir masuk dalam beatifikasi," kata dia.

Martir adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yang artinya "saksi" atau "orang yang memberikan kesaksian".

Kata ini umumnya dipakai untuk orang-orang yang berkorban, sering kali sampai mati, demi kepercayaannya.

Sementara itu, beatifikasi dalam Gereja Katolik adalah deklarasi oleh Paus bahwa orang mati dalam keadaan bahagia, dan membuka langkah untuk kanonisasi.

Kanonisasi merupakan sebuah proses yang membuktian bahwa kandidat telah menjalani kehidupan dengan kebajikan heroik (heroic virtues) sehingga layak untuk dinyatakan sebagai santo.  

Biasanya, sebuah keajaiban diperlukan sebelum seorang ditetapkan sebagai santo.

Namun, persyaratan itu bisa dikesampingkan jika orang itu terbukti meninggal sebagai martir.

Gereja Katolik menganugerahkan gelar kesucian kepada orang-orang yang dianggap begitu suci selama hidup. 

Mereka diyakini telah bersama dengan Allah, dan bisa memohon kepada Allah untuk melakukan mukjizat.

Dalam khotbahnya kali ini, Paus pun meminta kepada semua agama untuk menyerukan bahwa pembunuhan yang mengatasnamakan agama adalah perbuatan setan. 

Diberitakan sebelumnya, Hamel dibunuh oleh dua warga Perancis, yang menjadi aksi pertama teroris menyerang gereja di wilayah Eropa barat.

Aksi teror ini terjadi 12 hari setelah aksi seorang warga Tunisia yang mengaku tergabung dalam kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Nice.

Dia menabrakkan truk yang dikemudikannya ke kerumunan massa dan menewaskan 84 orang. Warga yang menjadi korban sedang berkumpul dalam malam perayaan Bastille Day.

sumber: disini
[Continue reading...]

Selasa, 06 September 2016

Bapak Uskup Agung Medan, Ampuni Pelaku Penyerangan Romo Albert Pandiangan OFMCap

- 0 komentar


Uskup Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga dengan kedua orangtua pelaku penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandingan di Gereja St. Joseph di Medan 28 Agustus 2016 (foto doc Internet)

GEREJA Katolik yang bermurah hati dan bersedia memberi ampun. Inilah yang dilakukan oleh Bapak Uskup Keuskupan Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap bersama Pastor Albertus Pandiangan OFMCap kepada keluarga Hasugian di Medan. 

Tindakan kasih berupa memberi ampunan dan tindakan menghayati semangat Tahun Kerahiman Ilahi sebagaimana diajarkan oleh Paus Fransiskus melalui Misericordiae Vultus ini terjadi di Wisma Keuskupan Agung Medan (KAM), di Ibukota Provinsi Sumatra Utara, pada hari Senin tanggal 5 September 2016.

Bapak Uskup Agung Keuskupan Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga dengan suka hati menerima kedatangan keluarga Hasugian untuk silahturami. 

Dalam pertemuan itu, Pastor Albertus Pandingan OFMCap berhalangan hadir.

Mgr. Anicetus B. Sinaga OFMCap dan Pastor Albertus Pandiangan OFMCap adalah imam-imam Fransiskan Kapusin.

“Bapak Makmur Hasugian bersama Ibu Boru Purba, kedua orangtua pelaku penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandiangan di Gereja St. Joseph Medan, datang ke Wisma Keuskupan Agung Medan pada hari Senin kemarin. 

Mereka datang atas inisiatif sendiri dan kami senang menerima mereka,” kata Uskup Agung Keuskupan Agung Medan Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM dalam rangkaan kalimat pesan pendek kepada Redaksi Sesawi.Net, Selasa siang tanggal 6 September 2016.

Minta maaf dan diberi ampunan

“Mereka datang untuk maksud minta maaf kepada Uskup dan Pastor Pandiangan atas insiden beberapa waktu lalu. 

Dengan tangan terbuka dan hati yang longgar, kami menerima maksud baik mereka,” tandas Mgr. Anicetus menjawab pertanyaan Sesawi.Net melalui jalur pribadi.

Kedatangan pasutri Makmur Hasugian bersama Ibu Boru Purba difasilitasi oleh serombongan pengacara dari Peradi Medan. 

Pertemuan silahturami itu sendiri dimoderatori oleh A. Dewanto Handoko SH, anggota  Pengurus Forum Masyarakat Katholik Indonesia  (FMKI) Sumut.

Kepada Sesawi.Net, Uskup Agung Keuskupan Medan menegaskan adanya empat hal yang menjadi bahan diskusi sepanjang pertemuan silahturahmi tersebut. Di antaranya adalah


1. Aspek moral: Keuskupan Agung Medan sangat mengapreasi inisiatif pribadi keluarga pelaku untuk datang memohonkan maaf atas terjadinya insiden beberapa waktu lalu.

 2. Belas kasih: Keuskupan Agung Medan dalam hal ini Uskup Agung KAM dan Pastor Albertus Pandingan OFMCap dengan semangat kristiani sepenuh hati memberi ampun dan memaafkan pelaku dan berusaha menghapus luka di batin.


Insiden penyerangan terhadap Pastor Albertus Pandiangan OFMCap terjadi di Gereja St. Joseph tak jauh dari Kampus Universitas Sumatra Utara (USU) di Jl. Dr. Mansyur, Kota Medan, hari Minggu tanggal 28 Agustus 2016 pekan silam. 

Insiden ini terjadi saat berlangsung misa mingguan di hari Minggu tersebut.

Sesaat setelah berlansung Bacaan Injil, pelaku yang masih mengenakan ransel punggung bergerak mendekati pastor dan mencoba menyerangnya dengan bersenjatakan pisau. 

Dari dalam ranselnya ditemukan kapak dan beberapa peralatan seperti kabel dan lainnya.

Pelaku berhasil dibekuk oleh umat yang tengah mengikuti misa. Polisi memastikan bahwa pelaku bertindak secara individual dan tidak terkait dengan kelompok radikal mana pun.

sumber : disini

[Continue reading...]

Kamis, 18 Februari 2016

Pemuka Gereja Katolik, melawan Revisi UU KPK

- 0 komentar

Jakarta - Pemuka Katolik Romo Johannes Hariyanto meminta agar Presiden Joko Widodo bertindak tegas melawan upaya pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terendus dalam rencana revisi undang-undang di DPR.

Johannes mengatakan ada dua hal yang membuat Presiden memiliki kapasitas untuk melawan upaya pelemahan KPK di DPR.

Langkah pertama, Presiden sebagai kepala negara memiliki otoritas yang bisa digunakan semaksimal mungkin, misalnya dengan tidak menyetujui revisi UU KPK, terangnya kepada pers di Jakarta, Kamis (4/2).

Kedua, ada pernyataan langsung dari presiden untuk melakukan moratorium terhadap segala usaha pelemahan UU KPK, sehingga hal tersebut memberikan sinyal jelas tentang sikap pemerintah.
"Kita tahu bahwa 'korban' KPK ialah orang-orang yang bisa merumuskan undang-undang. Ini akan mengerikan karena seluruh upaya pelemahan KPK hanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri," lanjut Johannes.

Dia menambahkan tindakan DPR ini lebih dari sekedar kejahatan korupsi, karena bisa dikategorikan sebagai kejahatan untuk melawan bangsa.

"Akhirnya kepentingan diri sendiri lebih utama dibandingkan kepentingan bangsa dan memakai instrumen formal, yakni kewenangan sebagai anggota DPR untuk bisa melindungi dirinya sendiri," pungkasnya.

Baca juga: seorang wanita mencuri waktu Misa, di polisikan 

Sementara itu, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) juga memberikan empat catatan kepada presiden terkait dengan pelemahan KPK melalui revisi UU KPK. Keempat catatan tersebut, yakni :

1. Upaya membatasi hak KPK melakukan penyadapan, nyata-nyata telah mengebiri kekuatan KPK yang justru selama ini banyak menjerat para koruptor dengan proses penyadapan ini. Keberatan sementara pihak bahwa penyadapan ini mengganggu privasi sangatlah absurd, mengingat perilaku pejabat publik haruslah transparan dan tak perlu ada yang harus disembunyikan. Selain itu, penyadapan dengan ijin pengadilan akan memperlambat proses investigasi serta kemungkinan terjadi kebocoran informasi;

2. Dihilangkannya wewenang KPK melakukan penuntutan juga akan melemahkan posisi tawar KPK. Keinginan sementara pihak untuk melimpahkan wewenang ini semata-mata kepada Kejaksaan merupakan amnesia sejarah, karena munculnya KPK adalah karena ketidakpercayaan publik kepada aparat dan proses-proses di Kejaksaan; dan hal ini belum pulih hingga kini;

3. Dihilangkannya wewenang KPK merekrut penyidik independen di luar Kejaksaan dan Kepolisian juga merupakan upaya pelemahan karena hal ini akan semakin menempatkan KPK dalam rentang kendali Kepolisian dan Kejaksaan, sesuatu yang justru hendak dikoreksi dengan lahirnya KPK dalam semangat Reformasi;

4. Sebaliknya, keinginan sementara pihak untuk memberikan wewenang menghentikan perkara (SP3) kepada KPK juga akan melemahkan KPK karena berpotensi membuat aparat KPK "bermain-main" dengan perkara, atau membuka potensi tawar menawar kasus.

sumber : disini 
[Continue reading...]

Sabtu, 30 April 2016

Andhra Pradesh: uskup Katolik diculik dan dipukuli selama berjam-jam 29/4/2016

- 0 komentar
                                          Mgr. Gallela Prasad

INDIA, Mgr. Gallela Prasad adalah uskup Cuddapah dan kembali dari distrik Kadapa, di mana ia merayakan Misa. Mobil IN yang sedang berjalan dihentikan oleh orang tak dikenal, yang menutup matanya dan memukuli sopir dan petinggi agama sepanjang malam. Telugu Federasi Gereja mengajukan keluhan dan meminta pihak berwenang untuk mendaftarkan kasus ini untuk "menjamin keamanan orang-orang Kristen."

Secunderabad (AsiaNews) - Komunitas Kristen dari Andhra Pradesh lagi diserang. Kali ini, salah satu pemimpin Gereja setempat telah ditargetkan: Mgr. Gallela Prasad, uskup dari keuskupan Cuddapah. Uskup itu diserang oleh para penyerang tak dikenal saat ia kembali dari Karunagari (di distrik Kadapa), di mana ia merayakan Misa. Federasi Gereja Telugu (FTC), badan tinggi berbagai denominasi Kristen di Amerika Andhra Pradesh dan Telangana, sangat mengutuk " kejam agresi "terhadap uskup Katolik.


Insiden ini terjadi pada tanggal 25 April, tapi itu dibuat publik kemarin. Hal ini dilaporkan oleh situs berita Matters India, mengutip pernyataan dari Uskup Agung Thumma Bala dari Hyderabad, ketua Federasi Kristen.


Uskup Agung mengatakan bahwa Mgr. Prasad diserang saat ia berada di dalam mobil, kembali dari Kadapa, sekitar 425 km sebelah selatan dari Hyderabad (ibukota Telangana). Mobil yang membawa uskup dihentikan oleh orang tak dikenal, yang ditutup matanya dengan agama dan sopir dan kemudian mengunci mereka di tempat yang asing. Di sini mereka dipukuli selama berjam-jam sepanjang malam.


Mgr. Bala mengatakan: "Sangat menakjubkan bahwa kekejaman kekerasan tersebut telah dilakukan terhadap seorang anggota senior komunitas minoritas." Presiden FTC telah mengutuk "serangan tanpa ampun terhadap seseorang yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan dan untuk melayani orang miskin dan terpinggirkan." Uskup Agung kemudian meminta polisi dan pihak berwenang untuk mendaftarkan kasus ini dan menangkap mereka yang bertanggung jawab untuk "kejahatan keji ini, untuk menjamin keadilan dan keamanan bagi kaum minoritas dan melindungi kehidupan para pemimpin komunitas agama."


Agresi terhadap uskup Katolik bukanlah insiden pertama kekerasan terhadap umat Kristen di Andhra Pradesh, meskipun itu adalah pertama dilakukan terhadap tokoh agama. Untuk beberapa waktu minoritas Kristen telah menjadi target ekstrimis Hindu, yang pada 2014 juga menewaskan seorang pendeta Protestan.


Sumber : disini
[Continue reading...]

Jumat, 29 Juli 2016

Pendeta yang Dibunuh di Prancis Donasikan Lahan untuk Masjid

- 0 komentar

Saint-Etienne-du-Rouvray: Jacques Hamel, seorang pendeta yang dibunuh dua pria bersenjata dalam kasus penyanderaan di sebuah gereja di Prancis, disebut telah mendonasikan lahan untuk pembangunan masjid.

Pendeta Mark Ephrem Nolan dari Benedictine Monastery of the Holy Cross di dekat Rostrevor, mengonfirmasi bahwa Hamel memang menjalin hubungan baik dengan komunitas Muslim di kota kecil Saint-Etienne-du-Rouvray.  


baca juga : Pendeta Dibunuh, dengan cara menggorok leher pendeta tersebut. Dua Pelaku Penyanderaan Gereja Didor Polisi

"Jacques adalah pria yang mendedikasikan dirinya untuk masyarakat kurang mampu di daerah-daerah tertinggal, seperti sikap yang selalu diperlihatkan Paus Fransiskus," kata Nolan, seperti dikutip belfasttelegraph.co.uk, Kamis (28/7/2016).

"Dia menjalani kehidupan sederhana, dengan menekankan pada pentingnya menjalin persahabatan. 


Ia mendonasikan lahan di samping gerejanya kepada komunitas Muslim untuk membangun masjid, dan juga mengizinkan penggunaan aula serta fasilitas lainnya saat Ramadan," sambung dia.

Meski adanya serangan teror, Nolan mengatakan Katolik dan Muslim di Saint-Etienne-du-Rouvray, masih menjalin hubungan baik seperti biasa. 


baca juga : KRONOLOGIS MENJELANG KEMATIAN PST JACQUES HAMEL. "Sikap pemberani dari Pst. Jacques Hamel: Ia tidak berlutut"

"Ada komunitas Muslim yang cukup besar di sana, dan hubungan mereka (dengan Katolik) masih sangat baik," tutur Nolan. 


Nolan menyebut kelompok militan Islamic State (ISIS) mencoba menghancurkan hubungan baik dua pemeluk agama di Saint-Etienne-du-Rouvray lewat aksi teror.

Dua pria bersenjata tajam menyerbu sebuah gereja di Saint-Etienne-du-Rouvray saat berlangsungnya misa pagi pada Selasa 26 Juli. 


Mereka menyandera lima orang, dan memaksa seorang pendeta Jacques Hamel untuk berlutut dan kemudian dibunuh dengan cara digorok.

Satu dari dua pelaku, Adel Kermiche, diketahui telah diawasi ketat polisi serta mengenakan alat penanda elektronik.

Kermiche, 19, diketahui menghubungi beberapa radikal di internet setelah terjadinya pembantaian di kantor surat kabar satire Charlie Hebdo dan supermarket Kosher pada Januari 2015. 


Ia mengundang perhatian aparat setelah mencoba membantu seorang remaja dari Saint-Etienne-du-Rouray untuk bergabung dengan ISIS.

Serangan di Saint-Etienne-du-Rouvray terjadi kurang dari dua pekan setelah seorang pria menabrakkan truknya ke kerumunan orang yang sedang merayakan Hari Bastille di Nice. 

Serangan teror yang juga diklaim ISIS ini menewaskan 84 orang.

Sejumlah negara Teluk, termasuk Arab Saudi, mengutuk keras serangan brutal di gereja tersebut.


sumber : disini

[Continue reading...]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Copyright © . TAKUdaGEMA - Tak Kulihat dari Gereja Mana - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger